Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Kado Natal dari Om Jo

arayanaNews.com  Sebuah Cerpen Natal

Seperti biasa hari itu aku bangun agak kesiangan, sudah hampir jam 7 ! Tapi kali ini aku agak terhenyak karena aku harus bergegas ke stasiun untuk pulang mudik beberapa hari di kampung halaman ku.. Sesaat seusai aku membuka mataku, aku langsung meraih telepon genggam yang tergeletak tak jauh dari jangkauan ku.. Hah, ternyata sudah jam 06.55 ! Akupun langsung meloncat, berdiri, berusaha cepat-cepat menyabet handuk yang bertengger di tepi almari. Ups, aku sadar, aku belum berdoa... seketika akupun duduk kembali, menenangkan diri sejenak, menarik nafas perlahan, mulai menutup mata dan melipat tangan...

Bapa di Sorga..

Allah Bapa pencipta langit dan bumi, Allah Bapa yang aku kenal didalam Yesus Kristus, Tuhan dan Juru Selamat ku..

Pada kesempatan pagi yang indah ini, perkenankan aku kembali datang kehadirat Mu yang Maha Kudus, namun sebelum aku lanjutkan doa ku, mohon kiranya Engkau berkenan mengampuni segala dosa dan kesalahanku, layakkan aku menghadap tahta Mu yang maha kudus.

Ya Allah Bapa yang maha pengasih lagi maha penyayang, pada kesempatan yang ini aku mengucap syukur buat penyertaan Mu sepanjang malam yang indah, sehingga aku dapat beristirahat dengan tenang, pulas, tanpa gangguan apapun, dan aku dapat bangun kembali dengan tubuh jiwa dan roh yang sehat, kuat, tanpa kekurangan sesuatu apapun.. Terima kasih yang Allah Bapa ku yang teramat, amat, sangat baik.

Ya Bapa ku, aku pasrahkan langkah hidup ku selanjutnya ke tangan Mu, mohon kiranya Engkau berkenan menuntun tiap langkah ku sepanjang hari ini, mohon kiranya Engkau senantiasa menjaga dan menyertai aku, memegang tangan ku dengan tangan kanan Mu yang berkemenangan itu. Ya Allah ku, mohon kiranya Engkau jauhkan aku dari segala yang jahat.

Ya Bapa yang teramat baik, mohon kiranya Engkau berkenan mencukupkan segala kebutuhan dan keperluan ku sesuai kehendak Mu.

Ya Roh Kudus yang terkasih, Roh Kudus Penolong ku, mohon curahkan suka cita sorgawi untuk ku, ya Allah ku, mohon curahkan semangat baru, kemenangan, ide-ide kreatif, hikmat, akal budi serta kepandaian dari sorga untuk ku.

Terima kasih ya Allah Bapa pecipta langit dan bumi, Allah Bapa dalam Yesus Kristus Tuhan dan juru selamat ku. Segala puji hormat, syukur dan kemuliaan, hanya bagi kebesaran Mu ditempat yang maha tinggi. Didalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus, Haleluya, Amin.

Sedetik setelah aku mengucapkan kata Amin, terdengar suara ketukan di pintu kamar kost ku. Akupun bangkit berdiri, menuju cermin untuk merapikan rambut...

"Siapa?" kataku setengah berteriak.

"Aku kak..." terdengar suara Amalia, adik tingkat ku yang juga kost disini, hanya beberapa kamar dari kamar ku.

"Ooo kamu Lia, tunggu sebentar ya?" jawabku...

"Iya kak, ini cuma mau antar kue, tadi aku dan Martha jalan-jalan ke gang sebelah..." 

Ups, mendengar kata Kue, akupun tersentak bersemangat berusaha cepat-cepat membuka pintu kamar.

"Ini kak, onde-onde dan pisang goreng, enak banget kak, aku tadi sudah habis tiga, Martha malah lima biji..." sambil tertawa terbahak Amalia menyerahkan bungkusan berisi dua buah onde-onde dan dua buah pisang goreng.

"Wah terima kasih banyak ya Lia... waduh dapat berkat pagi-lagi nih..." akupun langsung mengambil satu pisang goreng yang nampaknya enak.

"Enak kak?'

"Enak banget Lia... koq aku belum pernah tahu yang jual jajanan ini?" 

"Itu tuh kak, diujung gang 1, ibu-ibu yang jual dengan gerobak warna biru tua..."

"yang mana sih Lia" tanya ku penasaran sambil terus mengunyah pisang goreng yang memang benar-benar nikmat ini.

"Kapan-kapan aja kakak ikut jalan-jalan dengan kami, makanya kalau bangun jangan siang-siang kak..." sambil terbahak Lia berlari kecil meninggalkanku.

"Ha..ha..ha..., sekali lagi terima kasih ya Lia... sering-sering ya..." kulihat Amalia tersenyum memandangiku sambil melambaikan tangannya sebelum ia masuk kedalam kamar.

Puji Tuhan, terima kasih ya Tuhan, pagi-pagi sudah dapat berkat, jajanan yang enak banget.

Aku tak langsung menghabiskan sepotong pisang goreng yang ada digenggamanku ini, aku bungkus kembali dengan rapi untuk aku makan lagi setelah mandi.

Hampir satu jam setelah aku bangun tidur, aku sudah berdandan dan siap berangkat ke stasiun. Segelas teh hangat dan dua buah pisang goreng pemberian dari Amalia tadi sudah habis kutelan tak tersisa. 

Aku mulai pencet-pencet telepon genggam ku untuk order ojek online menuju stasiun, ada beberapa pilihan ojek online yang menawarkan fasilitas maupun harga yang bervariasi. Ada yang menyediakan berbagai promo potongan harga dan ada pula yang bisa ditawar. Wah malah jadi bingung nih. Tapi aku putuskan untuk menggunakan jasa ojek online yang menggunakan sistem tawar menawar. Ting, tawaran ku langsung diterima dan dalam beberapa menit abang ojek online akan segera datang.

Nyaris tepat seperti yang tertulis di layar telepon genggamku, abang ojek online pun tiba.

"Atas nama Evi? tanya abang ojek online.

Tanpa menjawab aku memberi kode jempol kepadanya sambil menganggat tas yang hendak aku bawa, saat itu pula abang ojek online memberi helm padaku.

"Ke stasiun ya kak?"

"Iya bang, agak buruan dikit ya bang, soalnya waktunya sudah mepet, kereta berangkat jam 9.." ucap ku sambil buru-buru menaiki sepeda motor matic berwarna hitam milik abang ojek online.

"Siap kak..." sahutnya.

Motor pun melaju dengan kecepatan cukup tinggi, rupanya si abang ojek online cukup piawai membawa motornya, meliuk-liuk bagaikan Velentino Rossi, mendahului sejumlah kendaraan lain yang sebenarnya juga melaju cukup kencang. 

Menit-menit awal perjalanan kami terbilang lancar hingga mungkin sekitar tiga kilo meter dari kost ku jalanan makin padat merayap, makin lama makin rapat dan lalu macet total... Ya ampun, mana waktu sudah menunjukkan jam 08.35 yang berarti 25 menit lagi kereta api akan berangkat. Satu menit, dua menit, tiga menit kendaraan belum bergerak sama sekali, macet, cet.

Mendekati menit keempat motor mulai bisa bergerak perlahan, aku makin deg-degan. Beruntung ada sedikit celah yang bisa dilewati abang ojek online. Wow dengan sedikit meliuk-liuk akhirnya kami bisa terbebas dari kemacetan dan si abang ojek bisa kembali tancap gas. 

Waktu terus bergerak, jarum jam menunjukkan angka 08.46. Berarti tersisa waktu 14 menit lagi. Dan, yah... tepat didepan kami lampu lalu lintas baru saja berubah warna menjadi merah. Berhenti lagi beberapa menit, aku makin gelisah, seskali aku melihat kearah telepon genggam ku, memelototi jam yang terus bergerak sementara kami berhenti.

Pukul 08.51 motor kembali bergerak, kali ini si abang ojek online benar-benar memacu kendaraannya dengan kecepatan tinggi, wuussss... Ternyata hanya dua menit setelah berhenti di lampu lalu lintas tadi, kami tiba di stasiun...

"Terima kasih bang..."

"Terima kasih kak, jangan lupa bintang lima ya kak..." pinta si abang ojek online.

"Oh tentu, bila perlu bintang tujuh bang..." jawab ku sembari bergegas ngeloyor pergi meninggalkan si abang ojek online yang terlihat langsung memencet-mencet telepon genggamnya.

Aku berlari-lari kecil untuk segera boarding dan masuk ke ruang tunggu, ternyata hampir semua penumpang sudah naik kedalam kereta, Oh pantas saja, waktu sudah menunjukkan jam 08.59, yang berarti sesaat lagi kereta api bakal diberangkatkan.

Hampir bersamaan langkah kaki ku memasuki gerbong kereta api, terdengar jelas bunyi pluit dengan suara cukup kencang... priittt... langkah ku makin ku percepat untuk mencari tempat duduk seperti yang tertera di tiket digital yang ada di telepon genggam ku. Nomor 5 B, ya nomor 5 B...

Sesampai di nomor 5 B, ternyata kursi itu telah diduduki oleh seseorang. Saat aku memperhatikan angka 5 B dan aku cocokkan dengan apa yang tertulis di tiket digital ku, seseorang menyapa aku.

"Maaf mbak, mbak nomor 5 B?" ujar seseorang sambil berdiri dari kursi nomor 5 B.

"Eh, iya..." jawab ku sambil setengah mengangguk.

"Tapi tidak apa-apa ibu duduk saja disitu." sambungku dengan cepat sebelum si ibu yang tengah menggendeng bayinya benar-benar sempurna berdiri.

"Ngga apa-apa, ibu duduk saja disitu..." aku menegaskan kembali pada si ibu.

"Maaf ya mbak, soalnya tadi kosong, ibu tidak kebagian tiket duduk, jadi sementara ibu duduki kursi mbak..."

"Oh tidak apa-apa bu, ibu duduk saja disitu..." sekali lagi aku mengulang kata-kata ku sambil tersenyum kecil yang dibalas pula oleh senyuman si ibu.

"Terimakasih ya mbak..." kata si ibu sambil melirik bayinya yang tengah terlelap dalam gendongannya.


Bersambung...


Kado Natal dari Om Jo